BAGAIMANA SEBENARNYA PACARAN MENURUT ISLAM ITU ....??????
Contoh Pacaran Islami ala Ibnu Qayyim Al-Juziyah (6)14 Nopember 2007 — M Shodiq Mustika
Az-Zubair bin Bakkar telah meriwayatkan dari ‘Abbas bin Sahl As-Sa’idi yang telah mengatakan:
Ketika kami berada di negeri Syam, tanpa sengaja bersua dengan seorang temanku. Dia berkata: “Bagaimana kalau kita pergi menjenguk Jamil [kekasih Butsainah] yang sedang sakit keras?”
Maka kami masuk ke dalam rumahnya yang saat itu nafasnya tersengal-sengal karena sedang meregang nyawa, dan saya merasa yakin bahwa yang dirasakannya itu tiada lain karena sakitnya rasa sakaratul maut.
Namun demikian, dia memandangku dan bertanya: “Hai Ibnu Sahl, bagaimana pendapatmu tentang seorang lelaki yang sama sekali tidak pernah minum khamr, tidak pernah berzina, dan tidak pernah membunuh seorang pun, lagi dia mengakui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah?”
Aku menjawab: “Menurut dugaanku, dia orang yang selamat dan aku berharap dia dapat masuk surga. Lalu siapakah yang engkau maksudkan?”
Ia menjawab: “Aku sendiri.”
Aku menyangkal: “Demi Allah, menurut hemat saya, engkau tidak selamat mengingat engkau selalu merayu Butsainah selama 20 tahun melalui bait-bait syairmu.”
Ia menjawab: “Semoga syafa’at Nabi Muhammad saw. tidak dapat mengenai diriku pada hari Kiamat, sejak permulaan hari akhirat dan penghujung usia dunia, jika aku pernah menyentuhkan tanganku itu ke tubuhnya untuk melakukan hal-hal yang mencurigakan (dilarang oleh agama).” [Maksudnya, sesungguhnya Jamil tidak pernah menyentuhkan tangannya ke tubuh Butsainah.]
Kami masih tetap belum beranjak dari pembaringannya dan tetap menemaninya sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya. ( diposting oleh : Rudi IC )
Az-Zubair bin Bakkar telah meriwayatkan dari ‘Abbas bin Sahl As-Sa’idi yang telah mengatakan:
Ketika kami berada di negeri Syam, tanpa sengaja bersua dengan seorang temanku. Dia berkata: “Bagaimana kalau kita pergi menjenguk Jamil [kekasih Butsainah] yang sedang sakit keras?”
Maka kami masuk ke dalam rumahnya yang saat itu nafasnya tersengal-sengal karena sedang meregang nyawa, dan saya merasa yakin bahwa yang dirasakannya itu tiada lain karena sakitnya rasa sakaratul maut.
Namun demikian, dia memandangku dan bertanya: “Hai Ibnu Sahl, bagaimana pendapatmu tentang seorang lelaki yang sama sekali tidak pernah minum khamr, tidak pernah berzina, dan tidak pernah membunuh seorang pun, lagi dia mengakui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah?”
Aku menjawab: “Menurut dugaanku, dia orang yang selamat dan aku berharap dia dapat masuk surga. Lalu siapakah yang engkau maksudkan?”
Ia menjawab: “Aku sendiri.”
Aku menyangkal: “Demi Allah, menurut hemat saya, engkau tidak selamat mengingat engkau selalu merayu Butsainah selama 20 tahun melalui bait-bait syairmu.”
Ia menjawab: “Semoga syafa’at Nabi Muhammad saw. tidak dapat mengenai diriku pada hari Kiamat, sejak permulaan hari akhirat dan penghujung usia dunia, jika aku pernah menyentuhkan tanganku itu ke tubuhnya untuk melakukan hal-hal yang mencurigakan (dilarang oleh agama).” [Maksudnya, sesungguhnya Jamil tidak pernah menyentuhkan tangannya ke tubuh Butsainah.]
Kami masih tetap belum beranjak dari pembaringannya dan tetap menemaninya sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya. ( diposting oleh : Rudi IC )